PENGARUH KUALITAS AIR
TERHADAP BIOTA BUDIDAYA
“PENGENCERAN SALINITAS
AIR TAMBAK”
LAPORAN
PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR DAN
TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA
PERIKANAN
SEMESTER V
OLEH
DWI SRI MURNIANI
NIT.13.3.02.472
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2016
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan media bagi usaha
budidaya ikan, maka pengelolaan air yang baik merupakan langkah awal dalam
pencapaian keberhasilan budidaya ikan. Secara umum pengelolaan kualitas air
dibagi kedalam tiga bagian, yaitu secara biologi, kimia dan fisika. Dalam hal
ini akan dibahas mengenai pengelolaan air secara kimia, khususnya suhu dan
salinitas (kandungan garam) suatu perairan.
Salah satu parameter kimia lainnya
ialah salinitas. Dalam Oceanografi salinitas diartikan sebagai ukuran yang
menggambarkan tingkat keasinan (kandungan Na Cl ) dari suatu perairan . Satuan
salinitas umumnya dalam bentuk promil (0/00) atau satu bagian perseribu bagian,
misalnya 35 gram dalam 1 liter air (1000 ml) maka kandungan salinitasnya 35‰
atau dalam istilah lainnya disebut psu (practical salinity unit). Air tawar
memiliki salinitas 0 ‰, sedangkan air payau memiliki salinitas antara 1‰ - 30‰,
sedangkan air laut/asin memiliki salinitas diatas 30‰.
Dengan dasar pengetahuan di atas
maka dalam usaha budidaya ikan, salinitas air yang digunakan dalam budidaya
ikan harus disesuaikan dengan kisaran salinitas yang dapat ditoleransi oleh ikan.
Dalam laporan kali ini kita menggunakan air tambak garam untuk dilakukan
pengenceran. Dengan melakukan praktikum ini kita dapat membuat atau mengatur
salinitas air yang sesuai kebutuhan media budidaya ikan
1.2. Tujuan
Dengan melakukan praktikum ini diharapkan taruna dapat
mengetahui cara dan proses pengenceran salinitas serta dapat menghitung
kebutuhan air tawar untuk menetralkan salinitas.
II. DASAR
TEORI
2.1. Salinitas
Salinitas
menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk (2007), salinitas adalah kadar
seluruh ion – ion yang terlarut dalam air. Komposisi ion – ion pada air laut
dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion – ion tertentu seperti klorida,
karbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium dan magnesium. Berdasarkan
kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan
menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline)
dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline).
Pada Tabel 1. menyajikan klasifikasi air berdasarkan salinitas.
Tabel. 1
Menyajikan Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas
Sebutan/istilah
|
Salinitas (ppt)
|
Air tawar
Fresh water
Oligohaline
Air payau
Mesohaline
Polyhaline
Air asin
Marine
|
< 0,5
0,5 – 3,0
3,0 – 16,0
16,0 – 30,0
30 – 40
|
Sumber : Mc Lusky, 1971 dalam Kordi,
1996 dalam Ghufran dkk 2007
2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Salinitas
Salinitas mempunyai
peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan
termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan
penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
salinitas :
1. Penguapan,
makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya
tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya,
maka daerah itu rendah kadar garamnya.
2. Curah
hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air
laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun
salinitas akan tinggi.
3. Banyak
sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan
sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya
akan tinggi.
2.3. Model
Salinitas
”Model
Salinitas” adalah suatu penggambaran atas kadar garam yang terdapat pada air,
baik kandungan atau perbedaannya sehingga untuk tiap daerah dimungkinkan
terdapat perbedaan ”model salinitas”nya.
Perubahan
salinitas dipengaruhi oleh pasang surut dan musim. Ke arah darat, salinitas
muara cenderung lebih rendah. Tetapi selama musim kemarau pada saat aliran air
sungai berkurang, air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat sehingga
salinitas muara meningkat. Sebaliknya pada musim hujan, air tawar mengalir dari
sungai ke laut dalam jumlah yang lebih besar sehingga salinitas air di muara
menurun.
Perbedaan
salinitas dapat mengakibatkan terjadinya lidah air tawar dan pergerakan massa
di muara. Perbedaan salinitas air laut dengan air sungai yang bertemu di muara
menyebabkan keduanya bercampur membentuk air payau. Karena kadar garam air laut
lebih besar, maka air laut cenderung bergerak di dasar perairan sedangkan air
tawar di bagian permukaan. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya sirkulasi air
di muara.
Aliran
air tawar yang terjadi terus-menerus dari hulu sungai membawa mineral, bahan
organik, dan sedimen ke perairan muara. Di samping itu, unsur hara terangkut
dari laut ke daerah muara oleh adanya gerakan air akibat arus dan pasang surut.
Unsur-unsur hara yang terbawa ke muara merupakan bahan dasar yang diperlukan
untuk fotosintesis yang menunjang produktifitas perairan. Itulah sebabnya
produktifitas muara melebihi produktifitas ekosistem laut lepas dan perairan
tawar. Lingkungan muara yang paling produktif di jumpai di daerah yang
ditumbuhi komunitas bakau.
2.4. Hubungan Densitas Ikan Dengan Salinitas
Salinitas
dipengaruhi oleh massa air oseanis di bagian utara hingga bagian tengah
perairan, dan massa air tawar dari daratan yang mempengaruhi massa air di
bagian selatan dan bagian utara dekat pantai. Kondisi ini mempengaruhi densitas
ikan, dan kebanyakan kelompok ikan yang ditemukan dengan densitas tinggi (0,9
ikan/mł) pada daerah bagian selatan dengan salinitas antara 29,36-31,84 ‰, dan
densitas 0,4 ikan/mł di bagian utara dengan salinitas 29,97-32,59 ‰ .
Densitas ikan tertinggi pada lapisan kedalaman 5-15 m (0,8 ikan/mł) ditemukan
pada daerah dengan salinitas ≥31,5 ‰ yaitu pada bagian utara perairan. Dibagian
selatan, densitas ikan tertinggi sebesar 0,6-0,7 ikan/mł ditemukan pada daerah
dengan salinitas ≤30,0 ‰. Pola pergeseran nilai salinitas hampir sama di tiap
kedalaman, dengan nilai yang makin bertambah sesuai dengan makin dalam
perairan. Pada lapisan kedalaman 15-25 m, kisaran salinitas meningkat hingga
lebih dari 32 ‰, dan konsentrasi densitas ikan ditemukan lebih dari 0,4 ikan/mł
dengan areal yang lebih besar pada konsentrasi salinitas ≤31,5 ‰. Konsentrasi
ikan yang ditemukan pada daerah dengan salinitas ≥32,0 ‰, yaitu di bagian utara
perairan sebesar 0,2-0,3 ikan/mł.
2.5. Rumus Pengenceran
a.
|
Pengenceran
|
S = S1. V1 + S2 . V2
V1 + V2 S = Salinitas yang dikehendaki …………. ?o S1 = Salinitas tinggi (air laut) ……………. %o ( Diukur dengan salino meter/refrakto meter) S2 = Salinitas rendah (air tawar) ………… %o V1 = Volume air salinitas tinggi …………. m3/ton V2 = Volume air salinitas rendah ………… m3/ton |
b.
|
Pengenceran
|
: V1 x N1 = V2 x N2
* V1 = Volume air laut * N1 = Salinitas air laut mula-mula * V2 = Volume setelah pengenceran (air payau) * N2 = Salinitas setelah pengenceran (air payau yang diperlukan) Misal = V1 x N1 = V2 x N2 = 10 x 30 = V2 x 6 = V2 = 300/6 = 50 liter = 10 + … = 50 liter --? 50 – 10 = 40 liter = 1 + …. = 5 liter ……….. 1 : 4 = air asin : air tawar |
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan
Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan
pada hari Senin 11 Januari 2016 bertempat di Teaching Factory (Tefa) Budidaya
Ikan Air Tawar Politeknik Kelautan dan
Perikanan Sidoarjo, Desa Buncitan Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo Provinsi
Jawa Timur.
3.2. Alat dan
Bahan
3.2.1. Alat
1. Ember
2. Refraktometer
3. Beker Glass
4. Tissue
5. Alat Tulis
3.2.2. Bahan
1. Sampel Tambak Garam
2. Air Tawar
3. Akuades
3.3. Langkah Kerja
1. Menyiapakan Air Salinitas Tinggi ( Tambak Garam)
2. Menentukan volume dan melakukan pengukuran
salinitas air tambak garam
3. Menentukan Kadar Salinitas yang diinginkan
4. Menghitung Kebutuhan Air Tawar Untuk Pengenceran
5. Mencampurkan Air tawar Kedalam Air Salinitas Tinggi
6. Mengukur salinitas untuk memastikan salinitas sudah
sesuai dengan yang diinginkan.
7. Mencatat Hasil Praktikum
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Berdasarkan praktikum
diperoleh hasil sebagai berikut :
Pengukuran Salinitas
Ø Salinitas
Air tambak Garam 100 ppt
Ø Salinitas
Air tawar 0 ppt
Salinitas yang
diinginkan :
Ø Salinitas 30
ppt (100 ppt – 30 ppt)
Ø Salintas 0
ppt (30 ppt menjadi 0 ppt) / netral
Menghitung Kebutuhan Air
Tawar
Ø Diket :
Salinitas Air Tambak
Garam 100 ppt
Volume Air Tambak Garam
(V) 1 liter
Salinitas Air Tawar 0 ppt
Ø Dicari :
Pembuatan media dari salinitas 100 ppt menjadi 30
ppt
Ø Perhitungan Cara 1 :
Menghitung Kebutuhan Air
:
S =
S1. V1 + S2 . V2
V1 + V2
V1 + V2
30 ppt = 100 ppt . 1 lt + 0. V2
1 lt +
V2
30 ( 1 lt + v2) = 100
ppt + 0
30 + 30V2 = 100
30 v2 = 100 -30
V2 = 70/30
V2 = 2,3 liter air tawar
Jadi, kebutuhan air tawar
untuk membuat air media bersalinitas 30 ppt adalah 2,3 liter
4.2. Pembahasan
Salinitas dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
kandungan air tawar. Semakin banyak air tawar yang yang ditambahkan kedalam air
asin slinitas akan semakin rendah, begitupula sebaliknya. Semakin sedikit
kandungan air tawar salinitas semakin tinggi.
Bagaimana cara menghitung volume tambak dengan salinitas 25 ppt. Atau apakah ada pengaruh salinitas jika di suruh menghitung volume.?
BalasHapus