Rabu, 02 Maret 2016

Salinitas

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP BIOTA BUDIDAYA
“PENGENCERAN SALINITAS AIR TAMBAK”



LAPORAN

PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR DAN TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN
SEMESTER V



OLEH
DWI SRI MURNIANI
NIT.13.3.02.472



                                                                                                         

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2016

I.    PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Air merupakan media bagi usaha budidaya ikan, maka pengelolaan air yang baik merupakan langkah awal dalam pencapaian keberhasilan budidaya ikan. Secara umum pengelolaan kualitas air dibagi kedalam tiga bagian, yaitu secara biologi, kimia dan fisika. Dalam hal ini akan dibahas mengenai pengelolaan air secara kimia, khususnya suhu dan salinitas (kandungan garam) suatu perairan.
Salah satu parameter kimia lainnya ialah salinitas. Dalam Oceanografi salinitas diartikan sebagai ukuran yang menggambarkan tingkat keasinan (kandungan Na Cl ) dari suatu perairan . Satuan salinitas umumnya dalam bentuk promil (0/00) atau satu bagian perseribu bagian, misalnya 35 gram dalam 1 liter air (1000 ml) maka kandungan salinitasnya 35‰ atau dalam istilah lainnya disebut psu (practical salinity unit). Air tawar memiliki salinitas 0 ‰, sedangkan air payau memiliki salinitas antara 1‰ - 30‰, sedangkan air laut/asin memiliki salinitas diatas 30‰.
Dengan dasar pengetahuan di atas maka dalam usaha budidaya ikan, salinitas air yang digunakan dalam budidaya ikan harus disesuaikan dengan kisaran salinitas yang dapat ditoleransi oleh ikan. Dalam laporan kali ini kita menggunakan air tambak garam untuk dilakukan pengenceran. Dengan melakukan praktikum ini kita dapat membuat atau mengatur salinitas air yang sesuai kebutuhan media budidaya ikan

1.2.      Tujuan
            Dengan melakukan praktikum ini diharapkan taruna dapat mengetahui cara dan proses pengenceran salinitas serta dapat menghitung kebutuhan air tawar untuk menetralkan salinitas.





II.    DASAR TEORI

2.1.      Salinitas
Salinitas menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk (2007), salinitas adalah kadar seluruh ion – ion yang terlarut dalam air. Komposisi ion – ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion – ion tertentu seperti klorida, karbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium dan magnesium. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline). Pada Tabel 1. menyajikan klasifikasi air berdasarkan salinitas.
Tabel. 1 Menyajikan Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas
Sebutan/istilah
Salinitas (ppt)
Air tawar
Fresh water
Oligohaline
Air payau
Mesohaline
Polyhaline
Air asin
Marine

< 0,5
0,5 – 3,0

3,0 – 16,0
16,0 – 30,0
   

30 – 40
Sumber : Mc Lusky, 1971 dalam Kordi, 1996 dalam Ghufran dkk 2007
2.2.      Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Salinitas
Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :
1.    Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
2.    Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
3.    Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
2.3.      Model Salinitas
            ”Model Salinitas” adalah suatu penggambaran atas kadar garam yang terdapat pada air, baik kandungan atau perbedaannya sehingga untuk tiap daerah dimungkinkan terdapat perbedaan ”model salinitas”nya.
            Perubahan salinitas dipengaruhi oleh pasang surut dan musim. Ke arah darat, salinitas muara cenderung lebih rendah. Tetapi selama musim kemarau pada saat aliran air sungai berkurang, air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat sehingga salinitas muara meningkat. Sebaliknya pada musim hujan, air tawar mengalir dari sungai ke laut dalam jumlah yang lebih besar sehingga salinitas air di muara menurun.
            Perbedaan salinitas dapat mengakibatkan terjadinya lidah air tawar dan pergerakan massa di muara. Perbedaan salinitas air laut dengan air sungai yang bertemu di muara menyebabkan keduanya bercampur membentuk air payau. Karena kadar garam air laut lebih besar, maka air laut cenderung bergerak di dasar perairan sedangkan air tawar di bagian permukaan. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya sirkulasi air di muara.
            Aliran air tawar yang terjadi terus-menerus dari hulu sungai membawa mineral, bahan organik, dan sedimen ke perairan muara. Di samping itu, unsur hara terangkut dari laut ke daerah muara oleh adanya gerakan air akibat arus dan pasang surut. Unsur-unsur hara yang terbawa ke muara merupakan bahan dasar yang diperlukan untuk fotosintesis yang menunjang produktifitas perairan. Itulah sebabnya produktifitas muara melebihi produktifitas ekosistem laut lepas dan perairan tawar. Lingkungan muara yang paling produktif di jumpai di daerah yang ditumbuhi komunitas bakau.
2.4.      Hubungan Densitas Ikan Dengan Salinitas
            Salinitas dipengaruhi oleh massa air oseanis di bagian utara hingga bagian tengah perairan, dan massa air tawar dari daratan yang mempengaruhi massa air di bagian selatan dan bagian utara dekat pantai. Kondisi ini mempengaruhi densitas ikan, dan kebanyakan kelompok ikan yang ditemukan dengan densitas tinggi (0,9 ikan/mł) pada daerah bagian selatan dengan salinitas antara 29,36-31,84 ‰, dan densitas 0,4 ikan/mł di bagian utara  dengan salinitas 29,97-32,59 ‰ . Densitas ikan tertinggi pada lapisan kedalaman 5-15 m (0,8 ikan/mł) ditemukan pada daerah dengan salinitas ≥31,5 ‰ yaitu pada bagian utara perairan. Dibagian selatan, densitas ikan tertinggi sebesar 0,6-0,7 ikan/mł ditemukan pada daerah dengan salinitas ≤30,0 ‰. Pola pergeseran nilai salinitas hampir sama di tiap kedalaman, dengan nilai yang makin bertambah sesuai dengan makin dalam perairan. Pada lapisan kedalaman 15-25 m, kisaran salinitas meningkat hingga lebih dari 32 ‰, dan konsentrasi densitas ikan ditemukan lebih dari 0,4 ikan/mł dengan areal yang lebih besar pada konsentrasi salinitas ≤31,5 ‰. Konsentrasi ikan yang ditemukan pada daerah dengan salinitas ≥32,0 ‰, yaitu di bagian utara perairan sebesar 0,2-0,3 ikan/mł.
2.5.      Rumus Pengenceran
a.
Pengenceran
S = S1. V1 + S2 . V2
Description: http://warintek.bantulkab.go.id/basisdata/Budidaya_Perikanan/images/spacer.gifV1 + V2
S = Salinitas yang dikehendaki …………. ?o
S1 = Salinitas tinggi (air laut) ……………. %o
Description: http://warintek.bantulkab.go.id/basisdata/Budidaya_Perikanan/images/spacer.gif( Diukur dengan salino meter/refrakto meter)
S2 = Salinitas rendah (air tawar) ………… %o
V1 = Volume air salinitas tinggi …………. m3/ton
V2 = Volume air salinitas rendah ………… m3/ton 
b.
Pengenceran
: V1 x N1 = V2 x N2

* V1 = Volume air laut
* N1 = Salinitas air laut mula-mula
* V2 = Volume setelah pengenceran (air payau)
* N2 = Salinitas setelah pengenceran (air payau yang diperlukan)

Misal = V1 x N1 = V2 x N2
= 10 x 30 = V2 x 6
= V2 = 300/6 = 50 liter
= 10 + … = 50 liter --? 50 – 10 = 40 liter
= 1 + …. = 5 liter ……….. 1 : 4 = air asin : air tawar









III.   METODOLOGI

3.1.    Waktu dan Pelaksanaan Praktikum
            Praktikum dilaksanakan pada hari Senin 11 Januari 2016 bertempat di Teaching Factory (Tefa) Budidaya Ikan Air Tawar  Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Desa Buncitan Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.
3.2.    Alat dan Bahan

3.2.1.   Alat
1.    Ember
2.    Refraktometer
3.    Beker Glass
4.    Tissue
5.    Alat Tulis
3.2.2.   Bahan
1.    Sampel Tambak Garam
2.    Air Tawar
3.    Akuades



3.3.    Langkah Kerja
1.    Menyiapakan Air Salinitas Tinggi ( Tambak Garam)
2.    Menentukan volume dan melakukan pengukuran salinitas air tambak garam
3.    Menentukan Kadar Salinitas yang diinginkan
4.    Menghitung Kebutuhan Air Tawar Untuk Pengenceran
5.    Mencampurkan Air tawar Kedalam Air Salinitas Tinggi
6.    Mengukur salinitas untuk memastikan salinitas sudah sesuai dengan yang diinginkan.
7.    Mencatat Hasil Praktikum
IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.    Hasil Praktikum
          Berdasarkan praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Pengukuran Salinitas
Ø  Salinitas Air tambak Garam 100 ppt
Ø  Salinitas Air tawar 0 ppt
Salinitas yang diinginkan :
Ø  Salinitas 30 ppt (100 ppt – 30 ppt)
Ø  Salintas 0 ppt (30 ppt menjadi 0 ppt) / netral
Menghitung Kebutuhan Air Tawar
Ø  Diket :
Salinitas Air Tambak Garam 100 ppt
Volume Air Tambak Garam (V) 1 liter
Salinitas Air Tawar  0 ppt
Ø  Dicari :
Pembuatan media dari salinitas 100 ppt menjadi 30 ppt
Ø Perhitungan Cara 1 :
Menghitung Kebutuhan Air :
S           =  S1. V1 + S2 . V2
                           V1 + V2

30 ppt   =  100 ppt . 1 lt + 0. V2
                        1 lt + V2
30 ( 1 lt + v2)  =  100 ppt + 0
30 + 30V2  = 100
30 v2 = 100 -30
V2 = 70/30
V2 = 2,3 liter air tawar
Jadi, kebutuhan air tawar untuk membuat air media bersalinitas 30 ppt adalah 2,3 liter


4.2.    Pembahasan
          Salinitas dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kandungan air tawar. Semakin banyak air tawar yang yang ditambahkan kedalam air asin slinitas akan semakin rendah, begitupula sebaliknya. Semakin sedikit kandungan air tawar salinitas semakin tinggi.